Harapan,
Kamu kenal dengan Harapan? Aku sangat mengenalnya. Tentunya begitu
banyak harapan-harapan yang ada dunia ini. Seperti, harapan ingin
panjang umur, harapan ingin sukses, harapan ingin kaya dan lain
sebagainya.
Namun,
Apakah kamu tau, apa harapan yang aku kenal? Harapan yang aku kenal
adalah, harapan yang berasal dari seseorang yang tidak bertanggung
jawab. Kenapa aku sebut tidak bertanggung jawab? Ya jelas! Aku bukan
orang yang mudah percaya diri, bukan pribadi yang mudah merasakan cinta.
Namun, apakah yang dimaksud orang itu ketika ia bilang "Aku sayang
kamu, aku cinta sama kamu. jangan pernah tinggalin aku, ya? Kalau
waktunya sudah pas, aku pasti nyatakan cinta ini kepadamu, lalu, kita
menjalin hubungan cinta." Kalimat indah itu lantas membuat aku yakin
dengan apa yang dia katakan, aku yakin... bahwa ia mencintaiku, tulus.
Namun kini, semua itu menjadi hal terbodoh yang pernah aku alami, hal
tersinting yang pernah aku rasakan... Ya Tuhan bilamana ini
takdir-Mu, Aku terima. Dan satu yang ingin aku tanya kan padamu, apakah
kamu akan membiarkannya bahagia setelah ia meleburkan segenap energiku?
Dasar
Gila! Bodoh! Dasar kau manusia tidak punya otak! Seenaknya kamu datang
kedalam kehidupanku hanya untuk melukis cerita indah dihatiku, lalu, kau
hapus lukisan itu menggunakan pisau, kau hapus semua, hingga hatiku
tergores, hancur, dan tidak utuh lagi. Aku mengerti! Aku bukan
siapa-siapa saat ini dalam hidupmu, tapi, apa kabarnya kata-katamu saat
senja kala itu? Hah?! Kata-kata itu yang membuatku berhak marah padamu
saat ini. Apa daya? Kini telatlah sudah, Senja berganti malam, Malam
berganti subuh, subuh berganti pagi, begitu seterusnya. Dan aku tidak
akan pernah bisa menariknya untuk aku ulangi.Apa maksudmu melakukan ini?
Apa aku punya salah besar terhadap hidupmu? Temanmu? Keluargamu? Kini,
aku seperti orang sinting, yang setiap Pagi, siang, senja, malam selalu
terduduk diam diatas bangku rotan di beranda rumah, dengan mata
terbelalak melihat langit, berharap keadilan Sang Pencipta Langit
atas peristiwa yang menerpaku, manusia yang kini seperti serangga
ilalang kehilangan jati diri. Sampai saat ini, mataku masih terbelalak
melihat langit, berharap Dewa Cinta datang dengan berkata,
"Kamu kenapa? Ada denganmu?"
Bila keadilanku dan Dewa Cinta belum juga datang, biasanya aku
bercerita dengan sang Bulan. Tapi, mengapa malam ini berbeda? Kemana
kau, Bulan? Hem, kau pasti bosan ya melihat air mataku yang terus saja
mengalir seperti sungai? Yang tidak pernah kering seperti air Zam-Zam
? Lalu, dengan siapa aku berbincang malam ini? Untuk mengabarkan isi
hatiku saat ini? Oh, iya... Kemana para bintang? Jutaan bintang yang
biasanya bagaikan penonton konser orkestra yang menyimakku bercerita
tentang kekejaman orang itu.Semua pergi, Langit malam ini bagaikan Layar
hitam tak berpenghuni. Tuhan, temani aku bercerita...
Harapan,
Kata singkat yang memiliki dampak besar dalam kehidupan setiap manusia.
Perlahan-lahan, dan aku hitung-hitung, sudah lima hari aku seperti ini.
Di hari ke lima, aku mulai bisa bangkit... Alampun tersenyum melihat
aku yang mulai berdiri dari kursi rotang yang terlihat sudah jenuh
menjadi tumpuanku selama lima hari ini. Aku sadar, aku tidak perlu
mengejar apa yang tidak ditakdirkan untuk menjadi milikku. Semua sudah
diatur Sang Pencipta Segala , Aku sadar, apabila aku telah
membuang waktu yang begitu berharga hanya untuk memikirkan orang gila
sepertinya, orang yang tidak pernah mengenal arti Serius dan Setia. Aku bisa, iya, Aku bisa...
Tuhan, Jangan di balas ya orang itu, biarkan dia bahagia dengan pilihannya. Namun, berikan juga aku kebahagian, aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia, Tuhan.
No comments:
Post a Comment