Saturday, August 24, 2013

,

Harapan,
 

   Kamu kenal dengan Harapan? Aku sangat mengenalnya. Tentunya begitu banyak harapan-harapan yang ada dunia ini. Seperti, harapan ingin panjang umur, harapan ingin sukses, harapan ingin kaya dan lain sebagainya.
 Namun, Apakah kamu tau, apa harapan yang aku kenal? Harapan yang aku kenal adalah, harapan yang berasal dari seseorang yang tidak bertanggung jawab. Kenapa aku sebut tidak bertanggung jawab? Ya jelas! Aku bukan orang yang mudah percaya diri, bukan pribadi yang mudah merasakan cinta. Namun, apakah yang dimaksud orang itu ketika ia bilang "Aku sayang kamu, aku cinta sama kamu. jangan pernah tinggalin aku, ya? Kalau waktunya sudah pas, aku pasti nyatakan cinta ini kepadamu, lalu, kita menjalin hubungan cinta." Kalimat indah itu lantas membuat aku yakin dengan apa yang dia katakan, aku yakin... bahwa ia mencintaiku, tulus. Namun kini, semua itu menjadi hal terbodoh yang pernah aku alami, hal tersinting yang pernah aku rasakan... Ya Tuhan bilamana ini takdir-Mu, Aku terima. Dan satu yang ingin aku tanya kan padamu, apakah kamu akan membiarkannya bahagia setelah ia meleburkan segenap energiku?

   Dasar Gila! Bodoh! Dasar kau manusia tidak punya otak! Seenaknya kamu datang kedalam kehidupanku hanya untuk melukis cerita indah dihatiku, lalu, kau hapus lukisan itu menggunakan pisau, kau hapus semua, hingga hatiku tergores, hancur, dan tidak utuh lagi. Aku mengerti! Aku bukan siapa-siapa saat ini dalam hidupmu, tapi, apa kabarnya kata-katamu saat senja kala itu? Hah?! Kata-kata itu yang membuatku berhak marah padamu saat ini. Apa daya? Kini telatlah sudah, Senja berganti malam, Malam berganti subuh, subuh berganti pagi, begitu seterusnya. Dan aku tidak akan pernah bisa menariknya untuk aku ulangi.Apa maksudmu melakukan ini? Apa aku punya salah besar terhadap hidupmu? Temanmu? Keluargamu? Kini, aku seperti orang sinting, yang setiap Pagi, siang, senja, malam selalu terduduk diam diatas bangku rotan di beranda rumah, dengan mata terbelalak melihat langit, berharap keadilan Sang Pencipta Langit atas peristiwa yang menerpaku, manusia yang kini seperti serangga ilalang kehilangan jati diri. Sampai saat ini, mataku masih terbelalak melihat langit, berharap Dewa Cinta datang dengan berkata,
"Kamu kenapa? Ada denganmu?"

   Bila keadilanku dan Dewa Cinta belum juga datang, biasanya aku bercerita dengan sang Bulan. Tapi, mengapa malam ini berbeda? Kemana kau, Bulan? Hem, kau pasti bosan ya melihat air mataku yang terus saja mengalir seperti sungai? Yang tidak pernah kering seperti air Zam-Zam ? Lalu, dengan siapa aku berbincang malam ini? Untuk mengabarkan isi hatiku saat ini? Oh, iya... Kemana para bintang? Jutaan bintang yang biasanya bagaikan penonton konser orkestra yang menyimakku bercerita tentang kekejaman orang itu.Semua pergi, Langit malam ini bagaikan Layar hitam tak berpenghuni. Tuhan, temani aku bercerita...

   Harapan, Kata singkat yang memiliki dampak besar dalam kehidupan setiap manusia. Perlahan-lahan, dan aku hitung-hitung, sudah lima hari aku seperti ini. Di hari ke lima, aku mulai bisa bangkit... Alampun tersenyum melihat aku yang mulai berdiri dari kursi rotang yang terlihat sudah jenuh menjadi tumpuanku selama lima hari ini. Aku sadar, aku tidak perlu mengejar apa yang tidak ditakdirkan untuk menjadi milikku. Semua sudah diatur Sang Pencipta Segala , Aku sadar, apabila aku telah membuang waktu yang begitu berharga hanya untuk memikirkan orang gila sepertinya, orang yang tidak pernah mengenal arti Serius dan Setia. Aku bisa, iya, Aku bisa...
Tuhan, Jangan di balas ya orang itu, biarkan dia bahagia dengan pilihannya. Namun, berikan juga aku kebahagian, aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia, Tuhan.

No comments:

Post a Comment