Sunday, May 25, 2014

Saya Menunggu Ini Sejak Lama



Saya dan menulis itu bagaikan sebuah frase, yang apabila dipisahkan, maka keduanya tidak memiliki arti. Kapanpun saya punya ide, pasti akan saya tulis langsung. Ide-ide itu bisa terbentuk menjadi sebuah karangan cerita pendek atau bahkan draft novel. Selama menekuni dunia tulis menulis, saya bercita-cita bisa pergi ke Inggris untuk melihat Stadion-stadion klub Liga Inggris dan  ke Prancis untuk melihat menara Eiffell, louvre, dan Musee d'Orsay dari hasil menulis novel (royalti). Untuk mewujudkan cita-cita saya itu, saya mecoba menulis naskah novel perdana saya yang berjudul "Anak SMA", namun, setelah naskah tersebut
rampung dan saya coba kirim ke beberapa penerbit, hasilnya hanyalah penolakan. Saya tidak menyerah sampai disitu, saya terus memperbaiki kekurangan pada naskah saya. Penerbit yang menolak naskah saya pun memberi poin-poin yang kurang pada naskah saya. Dan itu saya jadikan acuan dalam memperbaiki naskah. Sekitar satu bulan setengah naskah hasil perbaikan telah selesai dan saya mencoba mengirim ke beberapa penerbit baru, tetap saja, saya terus mendapat penolakan. Kabar naskah saya ditolak dari berbagai penerbit pun terdengar sampai ke sekolah, teman-teman saya mendengar kabar itu. Entah darimana. Dari sini, semangat saya sedikit redup.. Hanya teman-teman dekat saya yang mendukung saya dan lebih banyak yang mencoba 'menjatuhkan' saya. Mereka mencemooh karya saya, mengatakan saya tidak bisa merangkai kata, memaksa saya mundur dari dunia sastra, menyebut bahwa penulis adalah profesi pelarian. Saya geram! Saya tidak terima mereka mengatakan sedemikian rupa tentang penulis dan dunia sastra. Mereka adalah orang-orang yang hanya tahu hasil, tidak peduli dengan proses.

Berbagai cara saya lakukan untuk membuktikan bahwa penulis adalah pekerjaan yang hebat, salah satunya dengan memberikan penjelasan bahwa tanpa penulis, tidak akan ada buku-buku, tidak akan ada yang namanya perpustakaan dan toko buku, tidak akan ada ilmu pengetahuan yang tumpah ke dalam buku. Tanpa adanya penulis, mereka akan baca apa? Tapi, mereka tetap saja tidak peduli dengan penjelasan saya. Mereka tetap mencemooh dan meredupkan semangat saya untuk menerbitkan naskah pertama saya. Akhirnya, saya memilih diam. Akan tetapi, semakin diam, mereka semakin menjadi-jadi. Semakin sadis perkataan mereka yang menvonis penulis dengan bermacam pendapat yang merendahkan. Saya mencoba menulis cerita pendek dan saya cetak dengan tujuan untuk menunjukan karya-karya tulis saya selain novel. Lalu, saya bagi-bagikan secara cuma-cuma di kelas. Hasilnya, sedikit lebih baik. Banyak yang suka dengan hasil tulisan saya. Namun, beberapa orang masih tetap mengolok-olok saya. Yang lebih parahnya, mereka terus memprovokasi teman sayang yang lain agar ikut memandang penulis sebagai profesi yang tidak laku. Hati saya sakit melihat perlakuan mereka. Saya mulai kehabisan cara. Kecuali dengan berdo'a kepada Allah agar dibukakan pintu hati mereka dan menerbitkan novel pertama saya, namun, saya ditolak sana-sini.

Saat saya sedang beristirahat dari perjuangan melawan orang-orang yang merendahkan penulis, saya iseng-iseng membuka Twitter. Saya tercengang, bulu kuduk saya merinding sekujur tubuh, saya tidak bisa berkata apapun.. Melihat tweets mas @aMrazing yang isinya tentang lomba #InggrisGratis, yaitu perlombaan menulis di Blog yang berhadiah tur ke Inggris yang diadakan oleh Mister Potato!  Saya rasa ini rezeki yang diturunkan oleh Allah untuk saya. Ya! Untuk saya! Anugerah yang Allah beri dalam bentuk perlombaan di bidang yang saya suka dan hadiahnya merupakan salah satu negara impian saya, saya menyimpan cita-cita saya di Negara itu, di Inggris! Semangat saya mulai hidup dengan tegas, cahaya-cahaya harapan itu mulai terang benderang kembali, harapan saya yang sudah saya tunggu sejak lama, kini hadir. Menunggu usaha dan perjuangan saya untuk mendapatkannya. Kenapa saya se-maniak ini terhadap Inggris? Kenapa saya harus ke Inggris?

Saya ingin merasakan menaiki London Eye, menaruh kedua tangan saya di dalam saku jaket dan berdiri di tepi tabung London Eye sambil melihat pemandangan Westminster Bridge yang di ujungnya berdiri kokoh sang Big Ben. Jam primadona dari Inggris. Menyanyikan dengan pelan lagu-lagu dari Passenger Band di dalam London Eye. Dari dulu saya ingin sekali merasakan menaiki London Eye, dari dulu juga saya hanya bisa melihatnya di layar komputer, dari gambar-gambar yang ditampilkan paman Google. Saya pernah merasakan suasana di dalam tabung London Eye, itupun hanya lewat buku "London: Angel" karya mbak Windry Ramadhina. Ketika Gilang jalan-jalan malam mengitari kota London dan tidak sengaja ia memasuki area Westminster Bridge Road yang dekat sekali dengan London Eye. Akhirnya, ia memutuskan untuk menaiki roda pengamatan tersebut. Setelah itu, saya ingin merasakan menulis sebuah cerita di dalam cafe di tengah kota London, saya yakin, inspirasi yang masuk akan banyak sekali! Mencatat keadaan alam di London, masyarakat disana, bagaimana warga London berinteraksi, hal-hal yang unik di London. Catatan itu akan saya jabarkan menjadi sebuah cerita, mungkin novel. Hebat, kan, menulis sebuah buku berlatar di Inggris dari hasil riset langsung disana? Menciptakan sensasi dingin musim gugur kepada para pembacanya. Keren! Selain itu, saya ingin merasakan menyantap roti lapis di taman kota, diatas kursi kayu yang pegangan dan kaki-kakinya terbuat dari besi. Seperti di taman St James's Park yang letaknya bersebelahan dengan Buckingham Palace. Saya juga ingin membeli buku serial Sherlock Holmes langsung di 221B Baker Street.

Tujuan saya ke Inggris adalah mewujudkan cita-cita saya. Namun, kondisi saat ini membuat saya semakin ingin ke Inggris. Kondisi dimana ada beberapa orang yang mencoba menjatuhkan saya dan memprovokasi banyak orang untuk memandang rendah profesi yang saya jalani ini. Dengan berhasilnya saya menjuarai lomba #InggrisGratis ini, saya bisa membuktikan kepada mereka bahwa penulis itu sangat hebat! Saya bisa 'menghajar' mulut-mulut mereka yang berbicara seenaknya. Karena dengan menulis, saya bisa pergi ke Eropa tanpa menyusahkan orang tua. Akan saya share foto saya di dalam London Eye ke Facebook dan Twitter agar mereka bisa lihat. Bukan menyombong, tapi saya ingin membuktikan bahwa penulis itu hebat-hebat. Maka dari itu, saya sangat berharap sekali untuk menjuarai lomba ini, saya ingin mereka tidak lagi memandang penulis serendah itu. Saya sudah lelah dipandang sebelah mata, saya ingin membuktikan kepada mereka, namun, sulit. Tapi kehadiran #InggrisGratis membuat semangat saya kembali berkobar. Bila saya menjuarai lomba #InggrisGratis, saya pastikan mereka akan diam. Mereka akan tercengang seperti saya melihat pengumuman adanya lomba #InggrisGratis, mereka tidak akan berani lagi berbicara yang macam-macam tentang penulis dan saya bisa menulis dengan tenang tanpa adanya gangguan cemooh dari orang-orang. Saya sangat ingin profesi penulis diperhitungkan di kalangan masyarakat, saya tidak terima profesi ini dipandang sebelah mata. Dengan menjuarai lomba ini, saya bisa membuktikan itu semua kepada  orang-orang.

Mister Potato dan Juri, saya sangat mohon.. Pilih saya.. Saya sudah sangat lama menulis dibawah tekanan, bantu saya keluar dari ini semua untuk membuktikan kepada mereka. Saya selalu berdo'a untuk bisa menjuarai lomba ini, saya sangat bersungguh-sungguh dalam mengikuti lomba ini. Saya sangat berharap. Saya belum pernah se-berharap ini sebelumnya.. Saya mohon, Mister Potato, Juri, pilih saya. Saya mohon!

Saya mohon, pilih saya. Saya mohon. Saya mohon.

Saya menunggu ini sejak lama.

Penulis adalah profesi yang mulia, penulis ada profesi yang hebat! Saya ingin membuktikan ini. Mudah-mudahan Papa juga bisa sembuh bila saya berhasil menjuarai lomba ini.





1 comment:

  1. Good luck :)

    http://clumsyliciouskitchen.wordpress.com/2014/05/30/england-the-dream-of-a-liverpool-and-harry-potter-fan/

    ReplyDelete